Rabu, 14 Mei 2008

MEMAHAMI FUNGSI DAN DISFUNGSI KOMUNIKASI MASSA
MELALUI PENDEKATAN FUNGSIONALISME & STRUKTURALISME ROBERT KING MERTON


Komunikasi massa mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Peranan tersebut dapat dirasakan karena media massa memiliki fungsi dalam setiap perkembangan masyarakat. Selain fungsi positif, media massa juga dapat menghadirkan fungsi negatif (disfunction). Fungsi-fungsi tersebut kemudian dapat dikelompokkan menjadi : yang berfungsi, sebagaimanan yang seharusnya. Dan yang disfungsi, yang berfungsi tidak semestinya.
Komunikasi yang dilakukan oleh media massa secara garis besar memiliki dua fungsi pokok : fungsi terhadap masyarakat (social function) dan fungsi terhadap individu (individual function). Fungsi artinya peran atau sesuatu yang diperankan oleh sesuatu hal dalam kegiatan pihak lain. Dan fungsi tersebut dapat dirasakan oleh diri orang secara individual maupun bagi kelompok masyarakat secara keseluruhan.
Banyak pakar yang menganalisis fenomena ini sehingga menghasilkan teori fungsi dan disfungsi, seperti Harold D. Lasswell, Charles R. Wright, Paul F. Lazarsfeld, dan Robert K. Merton. Meskipun mereka bukan termasuk dalam pakar komunikasi, namun teori-teorinya menjadi sumbangan besar bagi perkembangan ilmu komunikasi. Dalam pembahasan kali ini penulis mencoba lebih mengkhususkan menganalisis pendekatan fungsionalisme dan strukturalisme Robert K. Merton mengenai fungsi dan disfungsi serta kaitannya dengan komunikasi massa.
Fungsionalisme Struktural Robert K. Merton Dalam Sosiologi
Sebelum kita mengetahui pengertian fungsi dan disfungsi dalam komunikasi massa, kita perlu mengetahui paradigma lahirnya teori ini terlebih dahulu. Hal ini diperlukan agar kita dapat memahami teori ini dalam tataran praktis, terutama dalam mengaplikasikan komunikasi massa.
Seperti teori-teori ilmu komunikasi lainnya, teori fungsi dan disfungsi juga bukan murni teori dari ilmu komunikasi (seperti social learning theory Albert Bandura dan S-O-R theory Harold Laswell). Teori ini merupakan adaptasi dan pengembangan dari teori ilmu sosiologi, dan kemudian menjadi teori komunikasi juga. Hal ini karena objek material dari sosiologi dan komunikasi memiliki kesamaan, yakni manusia dan hubungannya dengan masyarakat. Dengan kata lain, ilmu komunikasi mengalami multidisipliner dengan ilmu-ilmu lainnya, sehingga mengahasilkan sosiologi komunikasi massa, psikologi komunikasi, komunikasi politik, dan sebagainya.
Merton dalam menulis tentang fungsionalisme struktural dalam sosiologi mengkritik tiga postulat analisis struktural seperti yang dikembangkan oleh antropolog Malinowski dan Radcliffe Bron (Ritzer, George – Douglas J. Goodman, 2004). Pertama adalah postulat tentang keyakinan dan praktik kultural sosial yang sudah baku fungsional untuk masyarakat sebagai satu kesatuan maupun untuk individu dan masyarakat. Merton berpendapat bahwa meski hal ini benar bagi masyarakat primitif yang kecil, namun generalisasi tak dapat diperluas ke tingkat masyarakat yang lebih luas dan kompleks.
Postulat kedua adalah fungsionalisme universal. Artinya bahwa seluruh bentuk kultur dan sosial dan struktur yang sudah baku mempunyai fungsi positif. Merton menyatakan bahwa postulat ini tidak sesuai dengan kehidupan nyata. Ia berkata bahwa tak setiap struktur, adat, gagasan, kepercayaan, dan sebagainya mempunyai fungsi positif. Postulat ketiga adalah tentang indispensibility. Argumennya adalah bahwa semua aspek masyarakat yang sudah baku tak hanya mempunyai fungsi positif, tetapi juga mencerminkan bagian-bagian yang sangat diperlukan untuk berfungsinya masyarakat sebagai satu kesatuan. Merton berkata bahwa kita sekurang-kurangnya tentu ingin mengakui akan adanya berbagai alternatif struktur dan fungsional yang dapat ditemukan di dalam masyarakat.
Merton berpendapat bahwa ketiga postulat ini bersandar pada pernyataan non empiris, berdasarkan sistem teoritis abstrak. Keyakinan Merton bahwa bukan pernyataan teoritis melainkan pengujian empiris yang penting untuk analisis fungsional mendorongnya untuk mengembangkan paradigma analisis buatannya sendiri. Menurut pengamatan Merton, perhatian analisis struktur fungsional mestinya lebih dipusatkan pada fungsi sosial daripada motif individual. Merton mendefinisikan fungsi sebagai “konsekuensi-konsekuensi yang dapat diamati yang menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari sistem tertentu”.
Tetapi jika orang hanya memusatkan perhatian pada adaptasi atau penyesuaian diri, maka ideologisnya menjadi bias (karena adaptasi selalu mempunyai akibat positif). Perlu diperhatikan bahwa satu faktor sosial dapat mempunyai akibat negatif terhadap fakta sosial lain. Merton kemudian mengembangkan gagasan tentang disfungsi. Misalnya, fenomena buruh di Indonesia jelas mempunyai akibat positif bagi kaum kapitalis perkotaan seperti memasok tenaga kerja murah, menyokong perekonomian, dan kemajuan industri. Namun hal itu justru menimbulkan disfungsi bagi masyarakat lain, seperti menyebabkan masyarakat pedesaan menjadi sangat tergantung pada perekonomian agraris karena tidak siap untuk pengembangan industrialisasi dan berkembangnya arus urbanisasi.
Merton mengemukakan konsep nonfunctions yang didefinisikannya sebagai akibat-akibat yang sama sekali tidak relevan dengan sistem yang sedang diperhatikan. Lalu apakah fungsi positif lebih banyak daripada fungsi negatif atau sebaliknya? Merton kemudian menawarkan konsep keseimbangan bersih (net balance). Kita tidak akan pernah dapat menjumlahkan fungsi positif dan disfungsi dan tak akan pernah mampu menentukan mana yang lebih banyak karena masalahnya sangat kompleks dan banyak penilaian subjektif yang melandasinya sehingga tak mudah dihitung dan ditimbang.
Merton juga memperkenalkan konsep fungsi nyata (manifest) dan fungsi tersembunyi (latent). Fungsi nyata adalah fungsi yang diharapkan, sedangkan fungsi tersembunyi adalah fungsi yang tidak diharapkan. Misalnya fungsi nyata perburuhan adalah meningkatkan produktivitas ekonomi masyarakat perkotaan. Tetapi juga terkandung fungsi tersembunyi, yakni menyediakan sebagian besar jumlah anggota kelas bawah yang membantu meningkatkan status pemilik modal, sehingga menyebabkan terjadinya kesenjangan masyarakat. Setiap tindakan mempunyai akibat, baik yang diharapkan maupun yang tak diharapkan. Meski setiap orang menyadari akibat yang diharapkan, analisis sosiologi diperlukan untuk menemukan akibat yang tak diharapkan ini.
Fungsi dan Disfungsi Dalam Komunikasi Massa Robert K. Merton
Teori fungsi dan disfungsi yang tadi merupakan teori sosiologi, kini digunakan juga dalam ilmu komunikasi, terutama yang terkait dengan komunikasi massa. Media massa juga termasuk dalam subsistem komunikasi, dan komunikasi itu sendiri merupakan bagian dari sistem masyarakat. Dengan kata lain, segala yang berhubungan dengan media massa selalu melibatkan masyarakat di dalamnya.
Fungsi terhadap indivudu dan masyarakat memiliki pengertian yang sangat luas. Mencakup orang banyak, kelompok, dan sistem budaya serta norma-norma sosial. Harold D. Lasswell dan Charles Wright menyatakan ada empat fungsi komunikasi massa, yakni :
Pengawas Lingkungan (Survillance of the Environment)
Fungsi pengawasan lingkungan merujuk pada upaya pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar lingkungan masyarakat. Media massa menyebarkan segala kejadian yang berkaitan dengan aspek-aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Bagi individu dan masyarakat, pemberitaan ini berperan sebagai suatu peringatan (warning), seperti kejadian gempa bumi di Aceh dan pemberitaan Gunung Merapi di Jawa Tengah. Selain itu, pemberitaan tersebut juga menghasilkan disfungsi, seperti meningkatkan kepanikan dan terancamnya stabilitas masyarakat.
Korelasi Antara Bagian Dalam Masyarakat untuk Menanggapi Lingkungan
(Correlation of the Parts of Society in Responding of the Environment)
Fungsi korelasi meliputi interpretasi terhadap informasi dan preskripsi (petunjuk atau alternatif) untuk mencapai konsensus dalam upaya mencegah konsekuensi-konsekuensi yang tidak diinginkan. Disini media massa dituntut untuk berperan dalam menghubungkan setiap kejadian dengan tanggapan yang dapat muncul dari masyarakat. Pelaksanaannya biasanya dapat melalui aktivitas editorial dan tajuk rencana. Bagi masyarakat aktivitas ini berfungsi untuk membentuk mobilisasi dan mencegah ancaman terhadap stabilitas, stimulasi, apatisme, dan privatisasi. Namun disisi lain dapat meningkatkan konformitas dan kepasifan.
Sosialisasi dan Pewarisan Nilai-nilai (Transmission of the Social Heritage)
Fungsi sosialisasi menunjuk pada upaya transmisi dan pendidikan serta norma-norma dari satu generasi ke generasi berikutnya. Media massa memberikan informasi dan kerangka berpikir umum yang penting untuk masyarakat. Media massa sebagai sarana dan penghubung antara budaya satu dengan budaya lainnya. Fungsi ini berperan untuk meningkatkan kohesi dan keutuhan sosial, serta mengurangi anomi dan melanjutkan sosialisasi. Tetapi dapat pula membesarkan masyarakat massa dan terjadinya depersonalisasi dalam sosialisasi.
Fungsi Hiburan (Entertainment)
Fungsi ini menitikberatkan pada upaya-upaya komunikastif yang bertujuan memberikan hiburan pada khalayak luas. Bentuknya dapat berupa pemberitaan dunia entertaint, seni, film, olahraga, tempat wisata, dan sebagainya. Media massa dalam hal ini berfungsi memberikan penyegaran kepada individu maupun masyarakat. Sedangkan disfungsinya menyebabkan publik yang diverts (cenderung menghindarkan dari aksi-aksi sosial) dan meningkatkan kepasifan. Orang-orang menjadi lebih bersifat individualistic. Selera masyarakat kemudian menjadi rendah karena adanya hiburan (seperti infotainment dan gossip) dan tidak menghargai karya-karya lain yang lebih bermutu. Bagi kebudayaan, hal ini dapat melemahkan estetika dan berkembangnya kebudayaan pop.
Dengan berdasarkan fungsi-fungsi tersebut, Paul F. Lazarsfeld dan Robert K. Merton dalam makalah Mass Communication, Popular Taste, and Organized Social Action menambahkan fungsi sosial bagi komunikasi massa, yakni :
Fungsi dalam memberi dan mengukuhkan status publik (Status Conferral)
Di dalam setiap masyarakat legitimasi dan mengukuhan status oleh masyarakat akan diberikan pada ide-ide, isu-isu, orang-orang, organisasi-organisasi, atau gerakan-gerakan tertentu. Media massa kenudian memiliki fungsi untuk memberikan status masyarakat ini. Setiap ide-ide atau orang-orang yang dimuat oleh media massa akan memiliki prestise tersendiri. Media massa telah memberikan status publik yang tinggi. Misalnya media massa memberitakan aktor Nicholas Saputra mendapatkan penghargaan Panasonic Award sebagai aktor terbaik.
Fungsi untuk memperkokoh norma-norma sosial
Media massa mempunyai fungsi untuk memperkuat norma-norma sosial masyarakat. Umumnya media massa akan memuat atau melaporkan adanya penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Contohnya kasus kekerasan mahasiswa IPDN Cliff Muntu yang mengakibatkan korban meninggal dunia. Melalui pemberitaan media, timbul berbagai macam tanggapan, tulisan, dan seminar dari masyarakat untuk membahas persoalan tersebut. Disini norma-norma sosial dan pendidikan telah dilanggar dan memerlukan preskripsi untuk memecahkan permasalahan ini.
Analisis Fungsi Pengawasan Lingkungan
Pemberitaan oleh media massa mengenai kedatangan Presiden Amerika Serikat George Walker Bush ke Indonesia mempunyai dampak yang luar biasa pada masyarakat. Penyebaran informasi ini dengan cepat mempengaruhi masyarakat bahkan jauh-jauh hari sebelum kedatangan Presiden AS tersebut. Disini media massa berusaha untuk memberikan semacam peringatan kepada masyarakat. Fungsi pemberitaan ini agar masyarakat dapat mengetahui bahwa kedatangan Presiden Bush akan mengakibatkan jalan-jalan di sekitar Bogor mengalami perubahan rute dan terganggunya sinyal telepon genggam. Sehingga masyarakat dapat memengambil tindakan lain demi kesuksesan kunjungan tersebut. Kemudian dengan kedatangan Bush secara tidak langsung mencerminkan dan menguntungkan Indonesia karena dapat mengembalikan citra Indonesia di dunia internasional.
Selain terjadi fungsi, pemberitaan pada media massa juga menghasilkan disfungsi. Pertama, dapat menyebabkan terganggunya stabilitas pada masyarakat. Masyarakat Bogor khususnya akan mengalami berbagai masalah terhadap peristiwa ini. Contohnya perubahan rute angkot dan terganggunya saluran komunikasi telepon genggam. Kedua, menimbulkan kegelisahan pada masyarakat. Contohnya orang-orang yang membenci Bush, terutama teroris, kemungkinan akan datang ke Bogor dan melakukan teror. Hal ini tentu saja mengakibatkan masyarakat menjadi tidak nyaman. Ketiga, menimbulkan penolakan dari masyarakat berupa demonstrasi, baik di Bogor maupun di kota-kota lainnya. Penolakan ini karena citra buruk Presiden Bush di mata masyarakat Indonesia.
Analisis Fungsi Korelasi
Media massa dalam tajuk rencananya berusaha untuk memberikan pendapat terhadap peristiwa yang sedang berlangsung. Pemberitaan ini menyangkut kehidupan orang banyak, dan akan menjadi stimuli bagi khalayak untuk memberikan tangggapan atau berbuat sesuatu. Fungsi dari editorial tersebut adalah memberikan pandangan alternatif terhadap kekerasan yang ada di masyarakat, terutama dunia pendidikan. Fungsi ini diharapkan dapat membentuk mobilisasi pada masyarakat sehingga mereka dapat mengurangi tindakan kekerasan. Tajuk rencana tersebut juga berfungsi terhadap individu, terutama mereka yang pernah mengalami atau melakukan tindakan kekerasan. Hasil yang diharapkan agar masyarakat dapat bersikap tidak apatis dan privatisasi terhadap fenomena ini.
Namun disisi lain editorial ini juga mengakibatkan kepasifan pada masyarakat. Mereka seakan-akan sangat tergantung dan menyetujui opini media massa tersebut. Masyarakat seakan terbawa dan larut, sehingga menimbulkan rasa konformitas bahwa dunia pendidikan di Indonesia saat ini telah mengalami pergeseran akibat tindakan kekerasan. Masyarakat menjadi kurang kritis dan menganggap / sepakat bahwa kekerasan sudah menjadi kebudayaan kolektif masyarakat Indonesia. Disfungsi yang lain adalah justru menyebabkan kekhawatiran dan kecurigaan terhadap profesionalisme lembaga pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat. Dan imbasnya adalah memudarnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah.
Analisis Fungsi Sosialisasi
Melalui pemberitaan kebudayaan tradisional tersebut, media massa berusaha mensosialisasikan kembali nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Media massa turut berperan dalam mewariskan kebudayaan daerah sehingga masyarakat dapat mengetahui kebudayaan daerah lain. Fungsi dari pemberitaan ini dapat memperkaya kebudayaan lain karena adanya transmisi dan kohesi sosial antar kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lainnya. Kemudian dapat melestarikan kebudayaan tradisional, sehingga mewariskan kepada generasi yang akan datang. Fungsi lain yang diharapkan adalah meningkatkan keutuhan sosial dan keseragaman masyarakat.
Seperti yang lainnya, fungsi pewarisan ini juga menimbulkan disfungsi bagi masyarakat. Pertama, berkembanngnya masyarakat massa yang tidak terpusat (desentralisasi). Dari masyarakat massa ini dikhawatirkan akan mengakibatkan budaya massa. Budaya massa adalah peralihan dari masyarakat tradisional ke budaya masyarakat massa. Sehingga dapat menghilangkan keaslian (pakem) dari kebudayaan tradisional tadi. Hal ini menjadikan kebudayaan tradisional menjadi rendah. Kedua, dapat menyebabkan depersonalisasi dalam sosialisasi bagi individu. Sebagian orang ada yang menolak pewarisan budaya tadi karena menganggap akan mengancam kebudayaan mereka. Mereka berusaha untuk mencegah dan meyaring (filter) setiap kebudayaan yang datang.
Analisis Fungsi Hiburan (Entertainment)
Seperti telah dijelaskan diatas, fungsi hiburan menunjuk pada upaya komunikatif yang bertujuan memberikan hiburan pada khalayak luas. Hiburan yang disajikan pada media massa kali ini adalah seputar tempat arena bermain bagi anak-anak. Pemberitaan ini memberikan fungsi positif bagi masyarakat perkotaan karena mereka membutuhkan informasi seputar tempat untuk menghilangkan stress bersama keluarga (anak). Informasi ini memberikan kesegaran bahwa sarana hiburan ternyata juga terdapat ditempat-tempat umum. Mereka tidak perlu jauh-jauh untuk mencari sarana hiburan, karena sarana tersebut ternyata ada disekitar mereka. Pemberitaan tersebut juga turut menaikkan pamor dari Mal Artha Gading, karena masyarakat semakin mengenal bahwa di mal tersebut menyediakan sarana hiburan bagi keluarga.
Disfungsi dari fungsi hiburan ini adalah masyarakat menjadi divert dan cenderung menghindar dari aksi-aksi sosial. Mereka lebih senang kumpul bersama keluarga untuk menghibur diri. Hal ini mengakibatkan kerenggangan pada masyarakat. Masyarakat menjadi lebih bersifat individualistik dan hedonis. Disisi lain pemberitaan ini juga dapat mengembangkan kebudayaan pop, dimana orang lebih suka untuk mengikuti trend dan mengunjungi tempat-tempat hiburan. Masyarakat lebih suka menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan mereka menjadi sibuk dan rumit. Disfungsi ini kemudian meningkatkan kepasifan pada masyarakat.
Analisis Fungsi Pengukuhan Status Publik
Melalui pemberitaan salah satu tokoh masyarakat tersebut, Fauzi Bowo, media massa mencoba memberikan legitimasi dan pengukuhan status tokoh tersebut. Media massa dalam hal ini telah memberikan status publik yang tinggi terhadap Fauzi Bowo. Pengaruh dari media massa dapat menyebabkan masyarakat mempunyai pandangan positif terhadap tokoh tersebut. Masyarakat akan menganggap bahwa Fauzi Bowo merupakan calon gubernur yang tepat untuk memimpin Kota Jakarta. Kepercayaan dari masyarakat pun timbul. Hal ini karena citra yang ditonjolkan media massa terhadap Fauzi Bowo sedemikian besar dan positif. Para pendukungnya pun akan merasa senang karena tokoh idolanya diangkat oleh media, sehingga diharpkan dapat menambah dukungan terhadap Fauzi Bowo. Meskipun persolan tersebut tidak menjadi agenda pembicaraan masyarakat, namun dengan adanya pemuatan tokoh ini masyarakat mulai memperhatikan agenda tersebut.
Disfungsi dari pemberitaan salah satu calon gubernur DKI Jakarta ini tentu saja dapat menimbulkan kecemburuan sosial bagi pesaing calon gubernur lainnya. Kecemburuan ini juga dirasakan oleh para pendukungnya. Mereka kemudian berusaha menampilkan dan membesar-besarkan pilihannya. Media massa juga dituding terlalu meninggikan seseorang dan keberpihakkannya pada pihak lain. Secara tidak langsung, hal ini mengakibatkan timbulnya rasa persaingan atau bahkan permusuhan diantara kelompok masyarakat. Namun disisi lain, ada sebagian masyarakat yang justru lebih memilih bersikap apatisme dan tidak peduli. Hal ini karena anggapan mereka bahwa tokoh yang diangkat oleh media massa tersebut bukan tokoh yang mereka idolakan.
Analisis Fungsi Memperkokoh Norma-norma Sosial
Media massa pada analisis fungsi memperkokoh norma-norma sosial ini berusaha untuk melaporkan tentang adanya penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Dengan adanya liputan ini diharapkan penyimpangan tadi dapat diluruskan kembali. Maksud media massa memberitakan peristiwa tersebut agar masyarakat dapat mengetahuinya sehingga mereka memberikan tangggapan untuk membahas persoalan tersebut. Fungsi dari berita ini diharapkan Masyarakat dituntut untuk bersikap kritis dan aktif terhadap kesalahan yang ada disekitar mereka. Sehingga norma-norma sosial dapat kokoh dan kembali seperti semula. Tujuan lainnya adalah untuk mengurangi terjadinya pergeseran norma-norma sosial tadi agar tidak menjadi kebudayaan, baik kebudayaan kolektif maupun kebudayaan individual, dalam masyarakat.
Namun fungsi pemberitaan tersebut juga mengalami disfungsi, yakni laporan tersebut hanya menceritakan sebagian kecil dari sekolah yang melakukan penyimpangan dan lebih menonjolkan sisi negatifnya saja. Hal ini dikhawatirkan akan mengakibatkan citra sekolah lain yang tidak melakukan penyimpangan juga turut mendapat predikat buruk. Media massa terlalu menggeneralisasi pemberitaannya. Walhasil, masyarakat akhirnya akan menilai kalau lembaga pendidikan saat ini perlu dipertanyakan kualitasnya. Disfungsi lainnya adalah dapat memberikan inspirasi bagi sekolah lain untuk melakukan penyimpangan serupa.



Tidak ada komentar: